Teknologi Web

 Teknologi World Wide Web (WWW) atau singkatnya web, seakan-akan telah menghilangkan batasan tempat dan waktu dalam berkomunikasi antar berbagai komunitas di segala penjuru dunia. Dengan begitu pesatnya arus internet, perkembangan teknologi web pun semakin hari semakin canggih saja. Pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1989, Web versi 1.0 adalah langkah awal dunia internet (El Diablue, 2009).
Dengan teknologi ini, Internet dapat digambarkan layaknya sebuah papan pengumuman raksasa yang menyediakan berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia. Disini konsumen hanya diberikan hak untuk mencari (search) and read (mencari dan membaca), sedangkan otoritas untuk menampilkan dan merubah content tetap dipegang oleh pemilik website sepenuhnya.
Istilah Web 2.0 pertama kali digemborkan oleh Tim O’Reilly dan dikembangkan sekitar tahun 2004. Sebenarnya Web 2.0 bukan merupakan teknologi baru, karena sama dengan Web 1.0, Web 2.0 masih dibangun dengan menggunakan HyperText Markup Language (HTML). Tidak seperti pendahulunya, Web 2.0 memungkinkan adanya komunikasi dua arah. Seorang pembaca dapat menayangkan kontennya sendiri atau memberikan tanggapan terhadap konten pengguna lain melalui aplikasi guestbook, comment, polling, dan lain-lain.
Dengan teknologi ini kehidupan sosial di dunia maya benar-benar terasa. Jaringan sosial seperti Friendster, MySpace, Facebook dan lainnya membuat internet semakin terasa hidup. Pengguna internet tidak hanya dapat mencari informasi, tetapi juga dapat mencari teman, relasi bisnis atau bahkan pasangan hidup. Jaringan Luas. Konten Web yang awalnya sedikit, dapat berkembang dalam waktu yang sangat cepat. Setiap orang dapat memberikan kontribusinya dalam suatu website.
Hal ini menciptakan suatu jaringan informasi yang lebih luas dan dinamis. Jaringan Luas. Konten Web yang awalnya sedikit, dapat berkembang dalam waktu yang sangat cepat. Setiap orang dapat memberikan kontribusinya dalam suatu website. Hal ini menciptakan suatu jaringan informasi yang lebih luas dan dinamis.

Inilah terobosan terbaru dalam WWW. Web 3.0 menyempurnakan aspek interaksi dari Web 2.0. Teknologi ini menawarkan adanya interaksi lebih nyata yang bersifat virtual 3D. Dengan demikian, pengguna internet akan diberikan semua fasilitas layaknya dalam kehidupan nyata. Pengguna akan diberlakukan layaknya pengunjung butik dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Bukan seperti pengunjung supermarket yang harus mencari dan mendapatkan barangnya sendiri.
Sebagai teknologi yang masih dikembangkan, Web 3.0 memberikan gambaran yang cukup menjanjikan bagi industri WWW di masa depan. Perusahaan di dunia seperti Google Co-Ops dan Secondlife merupakan contoh beberapa perusahaan yang mulai melirik Web 3.0.
Bukan hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun ada yang mulai mengembangkan Web 3.0, yaitu Li’L Online (LILO) Community. Namun, di Indonesia, perkembangan Web 3.0 mungkin akan sedikit terseok. Perlu diketahui, bahwa untuk mendukung Web 3.0 dibutuhkan kecepatan akses internet yang memadai dan spesifikasi komputer yang tidak enteng, dengan harga yang tentunya tidak murah.
Untuk itu, kita hanya bisa berharap agar kelak harga komputer dan biaya koneksi internet di Indonesia jadi lebih terjangkau oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan pertumbuhan jasa provider Intenet di Indonesia juga sangat mempengaruhi bagi masyarakat kita untuk lebih kompetitif dalam memilih layanan provider tersebut. Namun kondisi ini juga sangat diperlukan peranan pemerintah untuk lebih bijaksana dan profesional, terutama dalam mengatur dan mengeluarkan regulasi tentang pelaksanaan TIK di masyarakat luas (Loyalty, 2009).

Cara Kerja

Pada prinsipnya penelitian ini memberikan sharing pengetahuan dan pengalaman tentang pemanfaatan dan penerapan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama dalam menggunakan teknologi web yang meng-khususkan diri sebagai media pembelajaran seperti Electronic Book (e-Book), Electronic Learning (e-learning), Electronic Magazine (e-Zine), e-Laboratory, Web Blog, dan Content Management System. 

Electronic Book (e-Book)
Buku elektronik atau e-Book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Pada e-Book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. e-Book tidak lain adalah sebuah bentuk buku yang dapat dibuka secara elektronis melalui komputer (Wibawanto, 2007).
e-Book ini berupa file dengan format beragam, ada yang berupa pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program Acrobat Reader atau sejenisnya. Ada juga yang dengan bentuk format htm, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline. Ada juga yang berbentuk format executable (exe).
Jenis e-Book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 4GB).
Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat ada pada misalnya Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-Book menyedia-kan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.
Pada kebanyakan e-Book menggunakan bentuk format pdf, karena lebih mudah dalam mempergunakannya dan mudah dalam mengolah security. Cara membuka e-book ini sangat mudah. Anda dapat mendownload program tersebut (Acrobat Reader 5.0 dan WinZip 8.0) di berbagai situs, seperti www.download.com.

Electronic Learning (e-learning)
Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet, sering disebut sebagai online learning.
Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik (Seamolec, 2003). Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun per definisi radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet.
Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah web-site yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh nara sumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan, dapat pula disediakan mailing-list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.
Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet (Wibawanto, 2007).
Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui video conference.

 Pemanfaatan Media E-Learning
Dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang konvensional atau tradisional, e-learning memang memiliki beberapa kelebihan diantaranya (Santosa, 2005): 1) E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih, 2) Ekonomis (dalam kasus tertentu), 3) E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu), 4) E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu), dan 5) E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/ materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dari sisi pengajar atau dosen, e-learning memiliki keunggulan diantaranya adalah: 1) Melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir, 2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, dan 3) Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. 


reff :
http://blog.binadarma.ac.id/luthfie/?p=3
lecturer.ukdw.ac.id

buku :
Teknologi Jaringan IntraNet
        

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / CYP's note

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger